top of page

Cost Benefit Analysis

CBA dapat didefinisikan sebagai a structured methodology of forecasting and comparing the anticipated costs and benefits of alternative course of action in order to identify the most effective manner of achieving a stated goal or objective or produces a string value proposition – a clear statement that the benefits outweigh the cost and risks, atau in English...weighing the consequences, both good and bad of potential actions( Memo for Principal Officials HQ, DoA/Dept of the Army) yang mewajibkan seluruh proposal proyek, program atau kegiatan AD-AS menggunakan konsep CBA. Teknik CBA dan aplikasinya di-Dephan dan pemerintah AS sejak kl 50 tahun dan diberlakukan sebagai cara unik untuk mentransformasi kekuatan pertahanan (atau kekuatan lain) menjadi kekuatan yang effisien, effektif dan diperhitungkan sebagai organisasi di-abad 21 ini. Patut dipahami bahwa kalkulus biaya tidak akan pernah teliti, tergantung tingkat profesionalisme tim biaya---perkiraan biaya disebut sebagai perkiraan paling mendekati (approximation).

Teknik modern ini di ramu dengan teori akuntansi, ekonomik, managemen, statistik dan teori keputusan ---sebagai teknik dan aplikasi mendunia untuk: [i] mempertajam (reshaping) strategi keamanan nasional, [ii] memperbaiki (reformasi) kebijakan akuisisi, dan [iii] kritisisasi investasi (revitalisasi) kritis tentang orang, peralatan, infrastruktur, jasa dan pasokan.

Reformasi pertahanan nasional umumnya berujung pada debat politik diparlemen khusus isu investasi (projek, program, atau kebijakan) dan CBA dominan mendemonstrasikan proposal yang lebih transparan.

CBA sebagai teknik analisis kuantitatif begitu kuat dan sanggup memberikan informasi dan definisi masalah yang kompleks serta keputusan dengan cara berhati-hati menstrukturkan problema dengan jelas serta menangkap biaya yang relevan sekaligus mendemonstrasikan berbagai alternatif pilihan CB (cara bertindak) yang dibungkus dalam pengertian manfaat atau effektifitas. Angkatan Darat AS sungguh tepat mengawalinya sesuai arahan senior-nya agar setiap keputusan yang melibatkan sumber daya AD didukung dengan CBA. Kapabilitas perangkat CBA di lingkungan militer pertahanan sungguh menjamin peningkatan transparansi, effektifitas dan effisiensi khususnya versus keputusan strategik dan kritik dilingkungan pertahanan nasional. Teknik CBA mula-mula diciptakan Jules Dupuit tahun 1844; insinyur Perancis dengan sebutan akuntansi ekonomik, phase berikut dikembangkan oleh Alfred Marshall, seorang ekonom Inggris. Aplikasi sesungguhnya sudah dilakukan oleh korps insinyur AD-AS (engineer corps) yang membantu suatu proyek yang diinginkan danditunjukkan dalam bentuk manfaat komersial dan konsekuensi biaya ditahun 1902.

CBA atau CEA sesungguhnya bukan suatu proses yang linear, periksa ilustrasi dibawah .

Referensi: Cost Benefit Analysis (CBA) Training for Decision Makers and Managers ,(DoA (Dept of the Army), FM Level III, May, 2014), slide # 13. (awal proses dari obyektif terlebih dahulu).

Methodologi 8 langkah CBA menggambarkan interaksi dan iterasi yang kuat antara pengambil keputusan dengan analis keputusan yang memproses CBA ini sebagai prasyarat hubungan kuat dan harmonik antara tim analis keputusan dengan pengambilan keputusan. Dalam proses ini maka ...at any step in the process, the team’s findings and analysis might make it necessary to revisit previous steps (gambar panah yang lebih tipis). Significant findings might require asking the decision maker for revised guidance. Tim yang dimaksud adalah tim analis keputusan (tim biaya dan tim effektifitas).

Korps ini membantu mengkalkulasi seberapa jauh manfaatnya yang melebihi batas kekuatan anggarannya, artinya siapapun akan merasakan bahwa ada alokasi nilai manfaat yang maksimum dan dan didukung dengan konsekuensi biaya minimum---sering disebut-sebut oleh para ekonom sebagai konsep yang alokatif effisiensi.

CBA, CEA dipertajam dengan hadirnya McNamarra, ditahun 1960-an sebagai Menhan (SecDef) dengan merealisasikan PPBS (kemudian PPBE) berbasis proposal yang Cost Benefit. Menhan AS menggandeng beberapa pakar RAND, merubah orientasi anggaran pertahanan nasional berbasis kepentingan masing-masing angkatan serta hanya merujuk kategorisasi seperti pemeliharaan, sucad, pembangunan gedung, fasilitas, dll; menjadi struktur kekuatan militer berbasis operasi gabungan.

Proposal Angkatan diwarnai rujukan (masukan) strategi pertahanan nasional, strategi pelibatan angkatan masing-masing dan rencana operasi gabungan serta kekuatan Angkatan yang disiapkan dalam operasi gabungan. Sebagai program jangka panjang maka parameter cakrawala waktu (konsekuensi discounted rated dan NPV) menjadi keharusan komponen yang diamati ; dengan input kebutuhan masing-masing Angkatan dan teknik ini lebih dikenal sebagai system analysis.

Obyektif-nya adalah memaksimalkan keamanan nasional dengan anggaran yang minimal sehingga outputnya adalah berbagai bagai alternatif jumlah kekuatan yang digabungkan (mix of forces) per setiap AOR yang berbeda. Meskipun proyek, program, atau kegiatan ini dirasionalisasikan dengan cara yang sistematik dan sangat beralasan yakni berbasis operasi gabungan, namun dalam perjalanannya sangat dipengaruhi oleh kelompok politikus.

Malese bahkan memprihatinkan meskipun konsep ini effisien dan transparan, berpeluang secara strategik di-manipulasi pengambil keputusan (birokrat, politisi diparlemen dan ajensi yang terlibat dengan agenda tersembunyi). Meskipun alamiah akhirnya dikikis oleh pengamatan publik yang semakin merasakan sendiri bagaimana transparans dan effisiensi revolusi penyusunan anggaran pertahanan nasional berbasis CBA atau CEA ini.

Membangun model effektifitas tidaklah serumit membangun model (komponen) biaya yang “terpaksa” menghadapi beberapa rintangan yang harus diatasi tim komptroller evaluator biaya semisal; komponen biaya tawaran penjual/kontraktor versus duga biaya awal (estimate cost/ estimating cost relationship) pihak pembeli, komponen biaya R&D (kalau beli prototype), investasi awal, biaya operasional, komponen life-cycle cost (opt cost, maintenance cost, cost modernization, sampai dengan disposal).

Diatas peta rencana jangka waktu yang panjang, beberapa kesulitan berkembang; cth: nilai kurensi yang berubah (net future value) namun tetap diperhitungkan dari tahun sekarang (net present value) berbasis laju inflasi yang diperhitungkan (discounted rate).

Analog biaya yang berkaitan dengan obyektif misi juga diperhitungkan cth: biaya relevan atau sebaliknya (relevant cost/irrelevant cost). Sebagai ilustrasi pendek adalah pelibatan analisis biaya yang dialami oleh Bulgaria, berawal dari tahun 2010 dengan pemotongan drastis dari rata-rata presentase sebesar 20-22 % dari GDP tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 0.8 %. Pengurangan drastis ini mendorong Bulgaria melakukan program finansial dan manajemen proyek yang prudensial dan ketat, khususnya memperlakukan konsep CBA dan evaluasi proyek pembangunan kekuatan dengan teknik rekayasa (system engineering), manajemen dan biaya yang lebih sistematik.

Kekeliruan yang perlu dijadikan pelajaran cth: pertama, pengurangan komponen anggaran dalam komponen biaya investasi dari total biaya sepanjang umur effisien (total life cycle cost ~ TLCC) yang panjang mengalami dampak yang signifikan; akibat (salah satunya) lalai dengan pentingnya sumber power sewaktu kapal naik dock. Studi TLCC menunjukkan kejadian seperti kanibalisme, keterlambatan sucad (suku cadang), keterlambatan skedul perbaikan, dll sering-sering tidak disadari hal ini memberikan gangguan teknis yang menurunkan tingkat kesiagaan kapal. Kelalaian lain adalah pembelian pesawat tidak memperhatikan pembelian simulator guna melakukan pelatihan tanpa perlu menerbangkan pesawat yang sesungguhnya. Teoritik kelalaian yang terjadi selama perjalanan TLCC berpeluang besar menimbulkan extra biaya yang sangat besar. Bila kalkulasi anggaran hanya fokus kepada investasi awal akan merepotka pengguna ditahun berjalan berikutnya untuk selalu memikirkan anggaran sucad, pelatihan, modernisasi, perbaikan besar, rehab, reengineering (revitalisasi pendorongan?), dll dari kantong anggaran lain ~ tidak disiplinnya penggunaan skedul TLCC dan anggaran.

Kedua, isu insentif. Para manajer militer Bulgaria memiliki motivasi kuat untuk menyelesaikan segera proyek (mirip-mirip dayaserap, pen?) suatu investasi, meskipun sebenarnya terkesan proyek ini cukup mahal dan butuh waktu. Gagalnya penyelesaian proyek otomatis menghentikan karir mereka. Perilaku seperti ini membuat duga biaya menjadi bias. Gambaran estimasi biaya yang muncul seharusnya dengan menggunakan model TLCC periksa gambar dibawah ini.

Referensi: Periksa Farr, John.V, System Life Cycle Costing: Economic Analysis, Estimation and Management, (CRC, Taylor & francis, 2011) halaman 3. Farr memodifikasi model dari tulisan Andrews, Richard, 2003, An Overview of Acquisition Logistcis,(Fort Belvoir, Defense Acquistion University), diakses tahun 2007.

Gambaraan TLCC dalam bentuk blok. Blok atas menggambarkan perjalanan mulai dari explorasi (R & D) sampai kegiatan ops, support dan disposal, blok dibawahnya adalah gambaran umum presentasi penggunaan biayanya. Blok production adalah saat pembeli menjalankan TLCC sistem yang dibeli tersebut. Mengapa? Apabila sangat optimistik (rendah) dugaan biaya dalam sistematika penggunaan CBA atau CEA, dan kendala penganggaran pertahanan dimasa mendatang (jelas-jelas) tidak di masukkan dalam analysis ini, maka proyek investasi akan lebih banyak yang bisa dimulai dibandingkan realitanya (menunggu) yang bisa dikucurkan dari anggaran yang tersedia. Konsekuensinya di saat phase implementasi sumber daya finansial mengharuskan transfer dari satu investasi proyek ke investasi lainnya dan dari satu program besar ke- program lainnya. Negatifnya berujung pada performa kekuatan pertahanan yang menurun drastis dan besarnya risiko kecelakaan.

Mestinya keputusan antar beberapa program (misal, rangkaian seri program dalam total life cycle cost) haruslah di laksanakan berorientasi kepada jangka panjang (ex-ante) kedepan melalui struktur CBA atau CEA dengan lebih berhati-hati, bukan dilakukan setelah muncul kejadian (ex-post) yang tidak baik akibat kekeliruan keputusan ini. Versus kasus Bulgaria; disarankan mengurangi ruang lingkupnya atau menunda atau mengakhiri proyek investasi untuk mengakomodasikan anggaran yang turun drastis ini.

Idealnya, CBA dilingkungan militer memerlukan suatu perencanaan yang diyakini akan didukung dengan fisibilitas ketersediaan anggaran guna menghadapi proyek besar dan modern dan dalam bentangan total life cycle cost---definisi pengadaan (procurement) yang sebenarnya bukan hanya saat investasi awal saja. Alasan penggunaan CBA,dll, dari perspektif ekonomi pertahanan adalah hadirnya risiko ganda, peluang kemampuan finansial, depresiasi, viabilitas ekonomik, dinamika inovasi dan teknologi, peluang berubahnya kondisi keamanan, dan komitmen terhadap keamanan internasional.

Dewasa ini, CBA militer menawarkan perangkat praktis sebagai bagian dari sistem bantu pengambilan keputusan (DSS/sistem bantu keputusan) untuk mendukung fungsi utama Dephan atau Kemhan atau petinggi pertahanan nasional melakukan proses yang akurat dan berhati hati mewujudkan struktur kekuatan pertahanan yang optimal. Teknisny dilakukan dengan analisis dan pemilihan berbagai - bagai alternatif kekuatan campuran gabungan (the best mix forces) yang terbaik berdasarkan realita anggaran yang tersedia, risiko dan portofolio manajemen, dll dan semua ini ... tergantung pada profesionalisme para komptroller di Kemhan.

Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
bottom of page